Posts

Showing posts from October, 2008

Kegiatan anak - anak

Image
Yesha lagi latihan nyanyi untuk pentas nanti di sekolahan. Tapi gak nyanyi balonku lah yaw.. Quality time dengan Tika tersayang...jangan rebutan mainan ya nak.. Tika saat diajak jalan ama papa

Memahami Luka Batin

Oleh : Kristi Poerwandari, Psikolog Bayangkan Anda seorang anak kecil berusia delapan tahun, di panas terik berjalan kaki cukup jauh pulang sendiri dari sekolah. Anda kesepian, kelelahan, dan kehausan. Begitu sampai rumah Anda berlari masuk, menarik gelas dari meja makan, tanpa sengaja menjatuhkannya. Ayah atau ibu kaget, menghampiri dengan tubuh tegang. Bukannya menunjukkan kekhawatiran, mereka mulai memaki-maki. Mengguncang dan memukul Anda: ”Dasar goblok. Anak tidak tahu diuntung! Selalu bikin masalah. Itu gelas bagus tahu?! Hari ini kamu dihukum tidak dapat makan siang!!” Mungkin Anda sangat ketakutan, tegang, dan bingung, sementara badan terasa sakit akibat pukulan. Dengan gerakan kacau, Anda mulai memunguti pecahan gelas, mungkin begitu paniknya sehingga tangan tertusuk dan berdarah. Ayah atau ibu sama sekali tak peduli, tegak berdiri penuh kebencian. Luka akibat tertusuk pecahan kaca mungkin sembuh dalam waktu singkat, tetapi luka batin? Bila mengalami hal di atas, mungkin kita

Lagi ngerjain PR sich....

Image
Yesha sebenarnya lagi ngerjain PR untuk les organ sich tapi sama papa disuruh foto dulu....cheeerrsss.. Create Fake Magazine Covers with your own picture at MagMyPic.com Create Fake Magazine Covers with your own picture at MagMyPic.com

Kalo Tika lagi gak mau difoto..

Image
Papa, aku lagi gak mau difoto.....

Belajar Bahagia secara Sederhana

Belajar Bahagia secara Sederhana Penulis: Kristi Poerwandari(www.pulih.or.id) Diambil dari www.kompas.com Edisi Minggu, 7 September 2008 Kenyataan hidup menunjukkan banyak yang kini sangat diimpit kesulitan ekonomi. Belum menyaksikan pejabat tinggi yang pintar berslogan dan korupsi. Kesulitan hidup bagaimanapun membuat orang lebih mudah marah dan frustrasi, sebagian jadi apatis, sebagian lagi melakukan kekerasan dalam keluarga, merampok, atau bunuh diri. Perlu komitmen utuh memerangi korupsi dan kemiskinan, sementara kehidupan nyata tetap berjalan. Berikut pembelajaran dari yang hidup dalam keterbatasan. Semuanya bekerja di seputar Jabodetabek, berpenghasilan total kurang dari Rp 1,5 juta per bulan. Bagaimana bertahan dan bahagia dalam keterbatasan? M, perempuan, staf administrasi, merangkap jadi ”pembantu umum” di kantornya: ”Lampu dapur, depan, kamar mandi dimatikan, kadang bayar listriknya Rp 23.000 atau Rp 25.000. Kalau masak, pas saja. Kadang mampir rumah kakak, dia yang beli be

Kekerasan dan Pendidikan dalam Keluarga

KEKERASAN DAN PENDIDIKAN DALAM KELUARGA Penulis: Kristi Poerwandari(www.pulih.co.id) Saya selalu ingat kata-kata psikolog yang sesekali tampil dalam acara Oprah Winfrey, “When we have children, we lose our right to self-destruct,” yang mungkin menggambarkan salah satu inti masalah bagaimana orangtua harus berperan mendidik anak. Destruksi tidak pernah hanya merugikan atau menghancurkan pihak lain. Pada akhirnya destruksi juga selalu merusak diri sendiri, setidaknya, lingkungan terdekat kita. Bayangkan: kita memukuli orang dari kelompok lain, pada akhirnya kita dihantui ketakutan akan pembalasan, dan selalu menghindar dari polisi yang kita pikir akan menangkap kita. Memukul istri dan anak juga menghancurkan hubungan dan diri sendiri. Barangkali kita dapat mengembangkan lapis-lapis mekanisme pertahanan diri: menyalahkan istri atau anak, merasionalisasi, melakukan projeksi dan pengingkaran. Tetap intinya sama: bila berani berhadapan jujur dengan diri sendiri, kita malu, marah dan muak men

Lepas dari Co-Dependensi

Oleh : Kristi Poerwandari, Psikolog APAKAH Anda terus memikirkan dan berusaha keras memperbaiki hidup seseorang yang sering menyakiti Anda, merasa bertanggung jawab atas kesejahteraannya dan terobsesi untuk membuatnya ’menjadi lebih baik’? Apakah Anda mencari berbagai alasan untuk membela dan terus mencintainya hingga menomorduakan kebahagiaan dan kepentingan diri sendiri? Bila demikian halnya, tampaknya Anda mengalami ko-dependensi. Istilah ini jarang dibahas dalam teks ilmiah psikologi meski psikolog yang banyak menangani kasus relasional akan sepakat betapa ko-dependensi banyak terjadi. Karakteristik ko-dependensi Istilah ko-dependensi muncul tahun 1979 (Beattie, 1990) di negara Barat ketika praktisi kesehatan mental melihat adanya individu-individu yang hidupnya menjadi ’tak terkendali’ dan ’tidak sehat’ karena mengembangkan pola penyesuaian diri tertentu sebagai akibat kelekatan emosionalnya pada pencandu obat-obatan atau alkohol. Sering mereka adalah pasangan atau anak dari alkoh